Menurut catatan sejarah setempat, Candi Mendut ini menghadap ke barat. Candi Mendut digunakan untuk upacara-upacara pemujaan. Berdasarkan prasasti Karangtengah dekat Temanggung (tahun 824 M.) Dr.J.G. De Casparis menyatakan, Mendut berasal dari kata Venu-Vana-Mandira, arti kata itu adalah candi di tengah hutan bambu.
Namun ada sarjana lain yang berpendapat , bahwa Vena-Venu-Mandira itu adalah Candi Ngawen. Candi Ngawen adalah komplek percandian, beberapa sudah runtuh. Letaknya arah timur dari Mendut, kurang lebih 6 km.
Melalui tangga naik, kita sampai ke dalam ruang candi. Di dalam ruangan itu terdapat tiga buah patung Buddha yang besar. Yang terbesar terbesar ada di tengah, adalah patung Buddha Cakyamuni. Sebelah kanan Cakyamuni adalah Awalokiteswara dengan tanda patung Amithaba di keningnya. Sebelah kiri Cakyamuni adalah Wajrapani. Ketiga patung ini adalah tiga senyawa.
Di dalam ruang candi Mendut, selain tiga patung besar itu, ada relung sebanyak 6 buah, tetapi dalam keadaan kosong. Atap ruang berbentuk piramid, yang menarik adanya batu pengancing di tengah. Semua batu atap bertumpu pada pengancing itu.
Pada dinding tangga naik terdapat relief cerita Jataka. Relief Jataka dikenal dengan nama cerita Tantri itu, sampai sekarang masih terkenal dan hidup di masyarakat. Cerita itu adalah burung berkepala dua, kera dengan buaya, belibis dengan kura-kura, singa dengan tikus putih dan lain-lain.
Sangat sayang puncak Mendut telah runtuh dan beberapa bagian candi juga runtuh. Dasar candi Mendut dibuat dari batu bata, kemudian dilapisi dengan batu.


Tidak ada komentar:
Posting Komentar