BOROBUDUR We Are Coming

Jalan-jalan ke Jogja rasanya tidak afdol kalau tidak ke Borobudur. Katanya... hehehe... Perjalanan dari Jogja kira-kira 40 km untuk sampai ke Borobudur. Kami turun dari mobil disambut teriknya matahari. Namun demikian tak menyurutkan niat kami untuk sampai ke puncak candi.


Konon candi Borobudur ini terkenal di dunia internasional. Letaknya di daerah yang dikenal dengan nama Kedu Selatan. Tepatnya berada di Kecamatan Borobudur, Daerah Tingkat II Kabupaten Magelang, 95 km dari ibukota Jawa Tengah, Semarang. Dari kota Jogja kurang lebih 42 km. Borobudur dibangun di atas bukit kecil yang diratakan.


Dikelilingi bukit dan gunung-gunung besar. Gunung-gunung besar itu adalah Merapi dan merbabu di sebelah timur, Gunung Sumbing di sebelah barat. Di sebelah selatan dibatasi Pegunungan Manoreh yang membujur dari barat ke timur. Di sebelah utara ada gunung kecil bernama Tidar.


Agak jauh lagi adalah Gunung Telamaya dan Gunung Andong sebagai rangkaian dari Merapi dan Merbabu. Letak Borobudur yang berada di tengah-tengah gunung-gunung dan perbukitan besar, sangatlah menarik. Apabila pemandangan dilihat dari puncak Borobudur, luar biasa indahnya. Apalagi saat matahari terbit atau terbenam.


Hamparan dataran Kedu yang subur, selalu menghijau sepanjang tahun. Tak jauh dari Borobudur mengalir sungau Progo dan Elo. Kedua sungai itu bertemu menjadi satu. Daerah sekitar Borobudur adalah kampung dan sawah yang subur.


Meskipun tahun yang tepat Borobudur didirikan tidak diketahui, namun dapat dipastikan dibangun pada abad ke-8 Masehi. Adapun dinasti yang membangunnya adalah Dinasti Cailendra yang menganut agama Buddha Mahayana.

Pada umumnya candi-candi hanya menghadap ke barat atau ke timur. Namun borobudur menghadap ke empat arah. Meskipun demikian, arah pintu masuk untuk borobudur adalah arah timur.


Berjalan dari tempat pemeriksaan tiket ke arah timur, untuk sampai ke tangga pertama atau pintu gerbang candi kurang lebih 1 km ada yang bilang 2 km-an.


Sebelum sampai ke atas candi kita diharuskan memakai kain terlebih dahulu, kain ini terbuat dari batik, entah untuk apa maksud pemakaian kain ini. Kain ini hanya dipergunakan mulai dari usia anak SMP sampai orang dewasa. Anak SD ke bawah tidak perlu. Mungkin pemakaian kain ini sesuai dengan tingkat kedewasaan, anak SD dianggap belum dewasa.



Pintu-pintu candi ini selalu dijaga oleh petung-patung singa. Patung-patung singa ini terlihat sudah banyak yang rusak. Bisa dimaklum ini sesuai dengan usia candinya sendiri yang kurang lebih sampai sekarang sudah 12 abad.


Borobudur dikelilingi halaman yang cukup luas. Candi Borobudur dibagi menjadi tiga bagian, yaitu kaki candi, badan candi, dan puncak candi. Kaki Borobudur yang asli tidak kelihatan. Kaki itu ditutup kaki tambahan dari batu sebanyak 11.600 m3. Oleh sebab itu relief pada kaki candi yang asli kini tertutup. Mengapa kaki candi yang asli sampai kini ditutup, sampai sekarang belum diketahui sebab-sebabnya.


Relief kaki candi itu namanya Karmawibangga. Sebanyak 160 buah bingkai relief menggambarkan hukum sebab dan akibat. Di bagian sudut tenggara, ada beberapa bingkai Karmawibangga yang sengaja dibuka setelah pemugaran. Di atas salah satu relief itu ada tulisan jawa kuno berbunyi -WIRUPA- artinya si buruk rupa. Bagian kaki candi dan halaman tambahan sebagai lantai pertama itu dinamakan Kamadhatu. Arti filosopi Kamadhatu adalah alam kehidupan yang masih dikuasai oleh nafsu rendah. Manusia belum dapat melepaskan nafsu jahat dan buruk.



Setelah menaiki tangga pertama, langkah selanjutnya adalah ke arah kiri. Langkah ini dinamakan Pradaksina. Sedangkan langkah ke arah kanan dinamakan Prasawiya. Arah kiri atau kanan ini disebut lorong. Lorong Borobudur, dibatasi pagar langkan dan badan candi yang penuh relief. Di atas pagar langkan terdapat relung-relung yang berisi patung Buddha. Semuanya ada 4 lorong Di kanan kiri lorong, terpahat pada dinding candi dan pagar langkan, adalah relief yang indah sekali. Relief itu menghiasi suluruh dinding candi dan pagar langkan.


Pada setiap lorong-lorong di candi Borobudur, dihubungkan dengan tangga naik dan gapura. Namun untuk naik ke tingkat berikutnya harus dimulai lagi dari arah timur. Demikian seterusnya sampai mencapai tingkat tertinggi di puncak Borobudur.


Bagian badan candi itu dinamakan Rupadhatu. Artinya bagian kehidupan manusia yang sudah meninggalkan nafsu rendah dan jahat. Manusia sudah menggunakan keinginan luhur, namun tetap dengan sifat kemanusiaannya.
Untuk lebih jelasnya keterangan mengenai bagian atau tingkatan candi itu sebagai berikut:

Sesuai ajaran agama Buddha aliran Mahayana, Borobudur dibagi dalam sepuluh tingkatan. Kesepuluh tingkatan atau Dachabhumi itu: 1. Pramudhita, 2. Vimala, 3. Prabhakari, 4. Archismati, 5. Sudurdjaya, 6. Abhimukti, 7. Durangama, 8. Acala, 9. Sadhumati, 10. Dharmamega.
Kesepuluh tingkatan itu, 3 tingkatan dari urutan pertama adalah tingkatan Kamadhatu. 4 tingkatan berikutnya adalah tingkatan Rupadhatu. 3 tingkatan terakhir adalah tingkatan Arupadhatu.

Pada dinding-dinding Borobudur terpahat relief-relief. Relief itu merupakan rangkaian cerita yang dilukiskan dalam satu bingkai (panel) untuk satu adegan. Sebanyak 1460 bngkai terukir pada bagian Kamadhatu dan Rupadhatu. Pada bagian Rupadhatu, relief-relief itu terdapat pada dinding candi dan pagar langkan setiap lorong. Ada empat lorong yang dipahat 1300 panel relief.


Pada dinding badan candi tingkat pertama, relief bagian atas adalah cerita Lalitawistara, jumlahnya 120 bingkai. Rangkaian relief ini masih utuh dan dapat dibaca artinya. Kisah Pangeran Sidharta ini memang sangat terkenal.


Banyak bagian relief yang rusak dan hilang, hingga sukar dikenali. Pada lorong tingkat bagian atas merupakan relief Gandawyuha dari Samanthabadra. Tingkat terakhir bagian Rupadhatu adalah relief Maitreya. Buddha Maitreya dapat dikenali karena ada lambang stupa kecil di mahkotanya.


Selain menceritakan ajaran dan riwayat Budha, relief-relief itu juga merupakan gambaran pada masa itu. Lukisan orang menari, alat musik, kapal, dan bangunan rumah penduduk. Dari relief itu juga dapat diketahui hasil pertanian, cara penduduk berpakaian, keadaan pasar, dan upacara-upacara mereka.

Di atas pagar langkan terdapat relung-relung yang berisi patung Buddha. Patung-patung Buddha dalam relung sejumlah 432 buah. Di atas pagar langkan pertama sejumlah 92, namanya Manushi Buddha. Patung Manushi Buddha itu dibagi empat arah. Yang menghadap ke:
                                      Timur namanya Kanakamuni
                                      Selatan namanya Kacyapa
                                      Barat namanya Cakyamuni
                                      Utara namanya Maitreya


Setelah mengelilingi keempat lorong itu sampailah kami di puncak Borobudur. Puncak candi Borobudur merupakan rangkaian stupa dengan stupa besar di tengah sebagai puncak. Bagian puncak ini dinamakan Arupadhatu, artinya sebagain kehidupan yang sudah meninggalkan sifat keduniaan. Alam di sini alam bathin atau alam spiritual. Tak ada lagi nafsu dan bentuk.


Di sini tidak lagi terdapat relief atau hiasan pada dinding dan bagian stupa. Pada bagian Arupadhatu terdapat tingkat peralihan. Bentuknya dataran yang luas sebagai bujur sangkar. Dinding berikut sebagai badan puncak candi, bentuknya bulat. Bentuk lingkaran ini mempunyai arti tak berakhir.



Stupa-stupa kecil sebanyak 72, terbagi dalam tiga tingkatan. Tingkat pertama 32 buah, kemudian diatasnya 24, dan terakhir 16 buah stupa. Stupa-stupa itu mengelilingi stupa induk yang besar, sebagai pusat dan puncak. Stupa-stupa yang kecil itu berlubang, dengan dua bentuk yakni belah ketupat dan empat persegi. Apa arti perbedaan bentuk lubang stupa itu belum diketahui secara pasti.


Adapun stupa puncak Borobudur telah beberapa kali mengalami perubahan dan perbaikan. Beberapa kali puncak itu disambar petir. Setelah dipugar oleh Van Erp, puncak itu bentuknya tiga susun. Stupa besar Borobudur di dalamnya berupa kamar atau ruangan. Langit-langitnya berbentuk piramide. Ruangan itu sekarang kosong dan tertutup. Tidak ada pintu untuk masuk. Sewaktu Van Erp memugar Borobudur, di dalam ruangan itu terdapat sebuah patung Buddha yang belum selesai. Bagaimana patung Buddha itu bisa berada di situ?
Pada tahun 1849, Residen Kedu bernama Hartman membongkar stupa induk. Kemudian dari dalam stupa itu ia mengeluarkan sesuatu yang dibungkus dengan kain. Ada yang menyatakan bahwa yang diambil itu adalah patung Buddha kecil dari emas. Residen Belanda itu memerintahkan untuk menaruh patung buddha dari batu yang belum selesai ke dalam stupa induk. Oleh Van Erp, patung itulah yang dikeluarkan kembali. Sekarang berada di musium Borobudur, terkenal dengan nama Kyai Beled.


Stupa besar puncak Borobudur mungkin lambang Garbha Tathagata, yakni tempat sukma kembali berada dalam keabadian. Garis tengah stupa itu 9,90 m. Siapapun berada di tengah kaki besar itu, merasa suasana yang damai dan tenang.
Selain patung Buddha yang ada di dalam relung ada juga patung Buddha yang berada dalam stupa kecil, patung ini bernama Dyani Buddha Wajrasattwa. Semua patung Buddha di dalam stupa kecil adalah Wajrasattwa, sejumlah 72 buah.


Selesai berkeliling di atas kami kembali turun ke bawah. Sambil turun kami manikmati kembali setiap lorong sampai akhirnya sampai di kaki candi kembali.


Bangunan candi Borobudur dibuat dari batu. Sebanyak 55.000 m3 batu tersusun, membentuk salah satu keajaiban dunia. Tinggi bangunan itu sampai ke puncak 42 m, dengan lebar 123 m. Tegak dan kokoh menjulang ke angkasa. Borobudur adalah saksi sejarah. Selain itu juga menjadi lambang kebesaran dan kejayaan raja yang membangunnya.*

Jogyakarta, 20 Mei 2011
By : Nancy

*Sumber tulisan : Buku Sejarah Setempat, karya Aiaz Rajasa
  Sumber Foto : Koleksi pribadi

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

aneka warna>>>>>>aneka warna>>>>>aneka warna>>>>>>aneka warna>>>>>aneka warna