Mencari alternatif tempat liburan buat anak remaja itu memang gampang-gampang susah (hehe, gimana ya bahasanya? Gampang, tapi susah :P). Gampangnya nggak ribet menyiapkan bekal dan nggak repot harus memantau mereka seperti waktu mereka kecil. Susahnya? Hmm, sebenarnya hampir nggak ada, sih. Cuma seringkali diantara mereka berdebat masalah lokasi. Yang satu kepingin ke tempat A, yang satu lagi kepingin ke tempat B. Kalau anaknya lebih dari dua sudah pasti suaranya lebih banyak. So, emaknya yang jadi pusing.
Liburan akhir tahun 2017 yang lalu, kami sekeluarga nggak punya rencana berpergian jauh. Kami memutuskan untuk di rumah saja. Suami malah menyuruh saya untuk membawa sendiri anak-anak ke tempat yang dekat-dekat saja.
Oke, deh! Deal! Tanpa dia.
Seketika itu otak saya langsung disibukkan dengan mencari tempat jalan-jalan yang suasananya nyaman. Saya menawarkan untuk mengunjungi sebuah tempat yang berbau seni agar nggak jadi jalan-jalan yang mainstream. Kuliner lagi-kuliner lagi atau mall lagi-mall lagi. Kali ini saya kepingin beda.
Setelah berembuk dengan anak-anak, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Selasar Sunaryo Art Space. Anak-anak setuju.
Berangkatlah kami ke lokasi yang dituju. Selasar Sunaryo ini berada di daerah Dago atas, tepatnya di daerah Bukit Pakar. Sampai di tempat ternyata tutup. Kecewa? Pasti! Tapi apa boleh buat. Akhirnya kami berubah haluan, memutuskan untuk ke D'Pakar saja yang lokasinya masih di seputaran Dago.
Berpindahlah kami ke sana. Lokasinya ternyata lebih jauh dibanding Selasar Sunaryo. D'Pakar berada di daerah Dago Pakar. Dari Taman IR Juanda masih terus naik. Entah berapa kilo meter? Sampai di lokasi ternyata D'Pakar ini adalah sebuah tempat makan yang bernuansa hutan. Yah, tempat makan lagi-tempat makan lagi. Ya sudah lah, memang kalau jalan-jalan ujung-ujungnya pasti makan :P.
Ternyata setelah masuk, tempatnya oke juga. Meski intinya kita makan-makan, tapi seting tempatnya lumayan nyaman, beda dengan tempat makan lain.
Kami duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati alam hutan pakar yang hijau dan sejuk. Anak-anak lumayan senang mereka bisa jalan-jalan di seputaran situ sambil memotret.
Benar kan, kalau jalan-jalan pasti ujung-ujungnya makan. Selesai motret mereka ribut pesan makanan. Menu yang ditawarkan lumayan beragam. Ada pempek, nasi ayam geprek, seblak, batagor, dan lain-lain. Menunya sih standard, layaknya menu kuliner Bandung yang lainnya, tapi karena setingnya nyaman jadi kita bisa menikmati makanan dengan santai sambil ngobrol-ngobrol dan menikmati suasana hijau dan asri.
Selain nyaman, tempatnya juga sejuk, pemandangannya bagus untuk yang senang motret. Satu yang mengganjal dalam pikiran saat itu, bagaimana kalau tiba-tiba hujan? Tapi, tenang, meski hujan kelihatannya kita bisa pindah ke ruang kaffe tertutup, yang berada di dekat pintu masuk. Ruangan itu lumayan besar bisa menampung banyak pengunjung.
Namun, sayang sekali saat itu kami datang menjelang sore, sedangkan tempat itu tutup pukul enam, jadi kami terasa agak diburu-buru. Tapi alhamdulillah anak-anak bisa menikmati walau dengan waktu singkat.
Minggu, 11 Maret 2018
Oke, deh! Deal! Tanpa dia.
Seketika itu otak saya langsung disibukkan dengan mencari tempat jalan-jalan yang suasananya nyaman. Saya menawarkan untuk mengunjungi sebuah tempat yang berbau seni agar nggak jadi jalan-jalan yang mainstream. Kuliner lagi-kuliner lagi atau mall lagi-mall lagi. Kali ini saya kepingin beda.
Setelah berembuk dengan anak-anak, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Selasar Sunaryo Art Space. Anak-anak setuju.
Berangkatlah kami ke lokasi yang dituju. Selasar Sunaryo ini berada di daerah Dago atas, tepatnya di daerah Bukit Pakar. Sampai di tempat ternyata tutup. Kecewa? Pasti! Tapi apa boleh buat. Akhirnya kami berubah haluan, memutuskan untuk ke D'Pakar saja yang lokasinya masih di seputaran Dago.
Berpindahlah kami ke sana. Lokasinya ternyata lebih jauh dibanding Selasar Sunaryo. D'Pakar berada di daerah Dago Pakar. Dari Taman IR Juanda masih terus naik. Entah berapa kilo meter? Sampai di lokasi ternyata D'Pakar ini adalah sebuah tempat makan yang bernuansa hutan. Yah, tempat makan lagi-tempat makan lagi. Ya sudah lah, memang kalau jalan-jalan ujung-ujungnya pasti makan :P.
Ternyata setelah masuk, tempatnya oke juga. Meski intinya kita makan-makan, tapi seting tempatnya lumayan nyaman, beda dengan tempat makan lain.
Kami duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati alam hutan pakar yang hijau dan sejuk. Anak-anak lumayan senang mereka bisa jalan-jalan di seputaran situ sambil memotret.
Benar kan, kalau jalan-jalan pasti ujung-ujungnya makan. Selesai motret mereka ribut pesan makanan. Menu yang ditawarkan lumayan beragam. Ada pempek, nasi ayam geprek, seblak, batagor, dan lain-lain. Menunya sih standard, layaknya menu kuliner Bandung yang lainnya, tapi karena setingnya nyaman jadi kita bisa menikmati makanan dengan santai sambil ngobrol-ngobrol dan menikmati suasana hijau dan asri.
Selain nyaman, tempatnya juga sejuk, pemandangannya bagus untuk yang senang motret. Satu yang mengganjal dalam pikiran saat itu, bagaimana kalau tiba-tiba hujan? Tapi, tenang, meski hujan kelihatannya kita bisa pindah ke ruang kaffe tertutup, yang berada di dekat pintu masuk. Ruangan itu lumayan besar bisa menampung banyak pengunjung.
Namun, sayang sekali saat itu kami datang menjelang sore, sedangkan tempat itu tutup pukul enam, jadi kami terasa agak diburu-buru. Tapi alhamdulillah anak-anak bisa menikmati walau dengan waktu singkat.
Minggu, 11 Maret 2018





Silverback Classic Titanium Explorer - iTaniumArts
BalasHapusSilverback Classic pure titanium earrings Titanium apple watch 6 titanium Explorer. 5-in-1. Type: Travel, Classic. edc titanium Description. trekz titanium pairing The two-tone titanium ion color blades of the Titanium-Arc