Brownies Fudgy Kopi Gayo

Selasa, 28 Maret 2018


Hari ini masih berkutat dengan per-bakingan. Kepengen bebikinan yang simpel nggak repot dan nggak pake lama. Tapi, apa ya?

Tiba-tiba terbersit buat bikin brownies saja. Kebetulan kopi gayo oleh-oleh dari teman masih ada. 

Oke, deal bikin brownies kopi gayo, ya!

Tapi ngomong-ngomong, beberapa waktu lalu, si kopi sudah diayak habis-habisan demi buat dibikin chiffon cake. Jadi sekarang tuh kopi tinggal ampasnya saja. 

Putar-putar otak lagi, *hahaha hobi banget putar-putar otak, ya 😆* gimana caranya menyulap ampas kopi, jadi kopi halus lagi? Hmm, gilingan kopi nggak punya. Satu-satunya cara harus digerus. Gerus kopi? Gerus cabe saja malas, ini harus gerus kopi ðŸ˜­ Tapi wajib dicoba demi menghargai pemberian teman.

Gerus, gerus, gerus. Alhamdulillah setelah diayak dapat satu sendok teh. Kebutuhan buat bikin brownies ini perlu dua sendok teh, akhirnya yang satu sendok lagi terpaksa dicampur ampasnya 😃

Tenang, meski ampasnya ikut, rasa browniesnya tetap oke kok. Rasanya tetap yummy.




Di tengah-tengah membuat adonan saya baru sadar kalau untuk toppingnya cuma punya chocochips. Brownies coklat rasanya sudah full coklat kalau ditambah chocochips sami mawon, coklat lagi rasanya. Terbersit buat diganti dengan almond slice saja. Lalu, pergilah saya mencari almond slice. Jadilah Brownies kopi gayo dengan topping almond.




Nah, ini dia resepnya:

Bahan:
  • 225 gr dark cooking chocolate
  • 90 gr butter (saya pakai anchor bakers mix)
  • 60 gr minyak goreng (saya pakai minyak canola)
  • 150 gr tepung terigu protein sedang
  • 35 gr coklat bubuk
  • 15 gr kopi hitam (saya pakai kopi gayo)
  • 3 butir telur
  • 225 gr gula pasir (saya pakai 175 gr karena gak senang terlalu manis)
  • 1 sdt vanilla ekstrak
  • almond slice untuk topping

Cara membuat:
  • Olesi loyang dengan mentega lalu alasi dengan baking paper.
  • Campurkan tepung terigu, coklat bubuk, dan kopi. Lalu ayak. Sisishkan.
  • Panaskan oven.
  • Lelehkan dark cooking chocolate dengan butter.
  • Kocok memakai whisk, telur, gula, dan vanilla sampai menyatu.
  • Masukkan minyak goreng, aduk hingga bercampur rata.
  • Masukkan lelehan dark cooking chocolate dan butter aduk kembali.
  • Setelah bercampur rata, masukkan campuran tepung terigu, coklat bubuk dan kopi sebagian-sebagian. Aduk kembali hingga rata.
  • Tuangkan adonan ke dalam loyang brownies (saya apakai loyang ukuran 21 x 21 cm)
  • Taburi topping (almond) sesuai selera.
  • Panggang dengan suhu 150 dc selama 30-40 menit, atau sesuai oven masing-masing.
Selamat mencoba!

*Resep dasar brownies ini saya adopsi dari IG @dyahprameswarie


Mie Daun Kale, Mie Goreng Sehat

-26 Maret 2018-


Horeee sudah hari Senin lagi! I Love Monday 💪 😃. 

Seperti biasa, seluruh penghuni rumah sudah menjalankan rutinitas masing-masing, tinggallah si emak sendirian dengan kerjaannya yang berderet. Subuh bikin sarapan dan bekal untuk anak-anak dan suami. Trus lanjut jemur pakaian yang sudah digiling semalam. Lanjut lagi menggiling sprei yang sudah direndam semalaman. Nggak bersih-bersih rumah? Bersih-bersih dong! tapi cuma menyapu saja, enggak ngepel karena lagi kepingin duduk santai di depan laptop sambil mengedit naskah yang tertunda 😂

Ngedit naskah?! Iya, tapi ngeditnya sih cuma sebentar sisanya malah kepincut googling, cari-cari resep masakan 😃. Nah, kalau sudah berselancar di google tahu sendiri kan, sering lupa waktu. Hari ini juga begitu, tiba-tiba sudah jam sebelas, perut sudah mulai keroncongan. Cuss deh, buka-buka lemari makan. Yang tersisa cuma ada tumis toge dan tahu, lauknya sudah habis dibawa bekal.

Putar-putar otak, cari-cari bahan. Apa yang bisa dimasak cepat, tapi sehat? Karena beberapa hari ini saya sedang kurang vit, akibat makan yang nggak terkontrol. Alhamdulillah-nya tubuh saya ini selalu memberi alarm jika makanan yang masuk sudah tidak seimbang. Entah pegal-pegal, badan loyo malas ngerjain apa-apa, ngantuk seharian padahal tidur cukup, atau otak yang lemot alias malas mikir.

Seperti biasa kalau lagi sendiri, kepinginnya masak yang simpel-simpel. Teringat punya simpanan mie kale organik yang rendah lemak dan rendah gluten, tapi kaya serat. Jadilah saya masak mie ini.


Untuk lauknya kebetulan punya stok putih telur sisa baking dua hari yang lalu. Dibutlah orak-arik terpisah, ada filet dada ayam juga. Sayurannya ada wortel dan daun bawang. Tinggal cari buahnya. 

Alhamdulillah masih ada pepaya sisa bekal suami. Jadilah makan siang sehat ala saya sendiri 😃 Simpel sebenarnya bikin makanan sehat itu. Enggak perlu banyak bumbu, nggak perlu masak lama-lama. Asalkan punya niat dan nggak rewel dengan lidah.



Resep Mie Goreng Sehat:

  • Rebus 1/2 bungkus mie organik yang rendah lemak, kaya serat, tidak mengandung MSG dan bahan pengawet, dan juga rendah gluten (saya pakai produk Ladang Lima).
  • 50 gram filet dada ayam.
  • 2 putih telur dari dua telur utuh.
  • Bumbunya kebetulan sudah ada di dalam kemasan mie.

Cara masak:
  • Buat putih telur orak-arik. Sisihkan.
  • Tumis filet dada ayam dengan olive oil.
  • Masukkan duan bawang dan wortel. Masak hingga agak layu saja.
  • Masukkan bumbu. 
  • Terakhir maukkan mie. Masak hingga semua bahan tercampur.
  • Angkat dan sajikan.

Selamat beraktivitas!

Chiffon Cake Rasa Kopi Gayo

Horeee! seminggu ini lagi banjir kiriman. Kemarin dapat barteran jambu batu, sebelumnya dapat oleh-oleh bika ambon medan, sebelumnya lagi dapat kiriman Kopi Gayo. Waaah, senangnyaaa. 

Jambu batu dibikin setup jambu, bika ambon langsung ludes. Nah, sekarang giliran kopi. Kebetulan seisi rumah nggak ada yang suka ngopi, alias minum kopi. Bingung deh emak, si kopi mau diapain.

Putar-putar otak akhirnya nemu ide. Yeeeyy! Kita bikin chiffon beraroma kopi saja!



Saat proses mengolah adonan dari tahap ke tahap berjalan lancar. Kocokan putih telur yang dikhawatirkan kurang mengembang, alhamdulillah sukses mengembang dengan sempurna. Nah, yang saya khawatirkan soal rasa. Kopi hitam kan, rasanya pahit, khawatir berpengaruh pada hasil cake-nya nanti. Meski kopi yang dimasukkan seminimal mungkin, tapi tetap saja khawatir (lebay amat, ya :P) Kalau pahit berarti gatot, gagal total.



Tapi, alhamdulillah setelah cake-nya jadi ternyata rasanya uenak bangett! Bentuknya juga sempurna. Rasa kopinya juga terasa walau yang dicampurkan cuma dua sendok teh. Lumayan tekstur cake-nya nggak terlalu polos, ada bintik-bintik hitam (walau di foto nggak kelihatan :P). Pokoknya puas banget deh!



Resep Chiffon Rasa Kopi Gayo:

Bahan:
  • 4 butir kuning telur
  • 50 gr minyak sayur
  • 100 gr tepung terigu protein rendah
  • 70 gr susu UHT (Saya pakai susu pasteurisasi low fat)
  •  40-50 gr gula pasir
  • 3/4 sdt baking powder
  • 2 sdt kopi gayo (diambil hasil ayakannya saja)
  • Keju cheddar parut (optional)
 Di wadah terpisah:
  •  4 butir kuning telur
  • 70 gr gula pasir
  • 1/2 sdt perasan lemon
  • 1 sdt maizena
 Cara buat:
  1. Campur kuning telur dan gula pasir. Aduk pakai whisk hingga gula larut. Tambahkan minyak dan susu. Aduk rata. Lalu tambahkan tepung terigu yang sudah diayak, baking powder, dan kopi. Aduk sampai rata. Sisihkan.
  2. Di tempat terpisah, campur putih telur dengan perasan lemon. Kocok hingga berbusa dengan mixer speed rendah. Tambahkan gula pasir secara bertahap, sambil terus dikocok. Tambahkan maizena, lanjutkan mengocok dengan speed tinggi hingga soft.
  3. Campurkan kocokan putih telur ke adonan kuning telur secara perlahan hingga adonan tercampur rata.
  4. Tuang ke loyang khusus chiffon (saya pakai yang ukuran permukaannya 20 cm). Loyang jangan diolesi apa pun. Setelah semua adonan masuk hentakkan 3-4 kali. 
  5. Panggang di suhu 160 dc selama 40 menit, api atas bawah (atau tergantung oven). Oven sebelumnya dipanaskan dulu.
  6. Setelah cake matang segera keluarkan dari oven dan langsung dibalik. Jika loyangnya tidak berkaki bisa disangga dengan botol. Biarkan hingga dingin.
  7. Keluarkan cake dari loyang, sisir dengan pisau. Beri topping parutan keju cheddar jika suka. Lalu sajikan. 
Selamat mencoba!
*Resep dasar chiffon saya adopsi dari instagram @irmadesmayanti

Rabu, 14 Maret 2018 

SETUP JAMBU BATU: Hasil Barter dengan Takoyaki

Empat hari yang lalu tiba-tiba muncul ide kepingin bikin Takoyaki buat dikirim ke teman. Kebetulan stok bahan lengkap, jadilah saya sepagian hingga menjelang siang sibuk memasak takoyaki. 

Usai dikemas, saya bergegas mengirimnya supaya hangat-hangat bisa dimakan. Surprised banget buat teman saya yang sebelumnya nggak saya beri tahu dulu bakal dikirim takoyaki. 

Pulangnya saya dibekalin jambu batu yang sengaja dia petik dari kebunnya. Jambu batu merah.




Tentu nggak bakal nolak, dong! Alhamdulillah semua penghuni rumah suka jambu batu *berarti kucing di rumah suka dong! :P*. Apalagi kalau dibuat juice. Tapi juice lagi-juice lagi, bosan kali ya. Kali ini saya pengin bikin yang beda. Lalu muncullah ide untuk dibuat setup jambu. Setup adalah buah-buahan dan sebagainya yang diolah dengan cara mengukus atau merebus, lalu ditambah gula (KBBI).




Resep membuat Setup Jambu Batu:

Bahan:

  • 500 gr jambu batu yang sudah dibuang bijinya
  • 150 gr - 200 gr gula pasir
  • 3 butir cengkih
  • 8 cm/1 ruas batang kayu manis
  • 1 sdm perasan jeruk lemon/nipis
  • 750 ml air

Cara membuat:

  • Cuci jambu, belah dua, lalu buang bijinya, potong-potong sesuai selera.
  • Masukkan air, gula, cengkih, kayu manis kedalam panci. Lalu didihkan sampai gula larut.
  • Masukkan jambu 
  • Setelah agak layu tuangkan air jeruk lemon/nipis
  • Angkat jika sudah dirasa empuk. 
  • Biarkan dingin. 
  • Hidangkan dengan tambahan es batu.


Tips: Jangan menggodog jambu terlalu lama karena jambu mudah layu. Selamat mencoba!

-12 Maret 2018-

Liburan, Oh Liburan: Dari Selasar Sunaryo beralih ke D'Pakar

Mencari alternatif tempat liburan buat anak remaja itu memang gampang-gampang susah (hehe, gimana ya bahasanya? Gampang, tapi susah :P). Gampangnya nggak ribet menyiapkan bekal dan nggak repot harus memantau mereka seperti waktu mereka kecil. Susahnya? Hmm, sebenarnya hampir nggak ada, sih. Cuma seringkali diantara mereka berdebat masalah lokasi. Yang satu kepingin ke tempat A, yang satu lagi kepingin ke tempat B. Kalau anaknya lebih dari dua sudah pasti suaranya lebih banyak. So, emaknya yang jadi pusing.

Liburan akhir tahun 2017 yang lalu, kami sekeluarga nggak punya rencana berpergian jauh. Kami memutuskan untuk di rumah saja. Suami malah menyuruh saya untuk membawa sendiri anak-anak ke tempat yang dekat-dekat saja.

Oke, deh! Deal! Tanpa dia.

Seketika itu otak saya langsung disibukkan dengan mencari tempat jalan-jalan yang suasananya nyaman. Saya menawarkan untuk mengunjungi sebuah tempat yang berbau seni agar nggak jadi jalan-jalan yang mainstream. Kuliner lagi-kuliner lagi atau mall lagi-mall lagi. Kali ini saya kepingin beda. 

Setelah berembuk dengan anak-anak, akhirnya kami memutuskan untuk mengunjungi Selasar Sunaryo Art Space. Anak-anak setuju. 

Berangkatlah kami ke lokasi yang dituju. Selasar Sunaryo ini berada di daerah Dago atas, tepatnya di daerah Bukit Pakar. Sampai di tempat ternyata tutup. Kecewa? Pasti! Tapi apa boleh buat. Akhirnya kami berubah haluan, memutuskan untuk ke D'Pakar saja yang lokasinya masih di seputaran Dago. 

Berpindahlah kami ke sana. Lokasinya ternyata lebih jauh dibanding Selasar Sunaryo. D'Pakar berada di daerah Dago Pakar. Dari Taman IR Juanda masih terus naik. Entah berapa kilo meter? Sampai di lokasi ternyata D'Pakar ini adalah sebuah tempat makan yang bernuansa hutan. Yah, tempat makan lagi-tempat makan lagi. Ya sudah lah, memang kalau jalan-jalan ujung-ujungnya pasti makan :P. 

Ternyata setelah masuk, tempatnya oke juga. Meski intinya kita makan-makan, tapi seting tempatnya lumayan nyaman, beda dengan tempat makan lain. 

Kami duduk di bawah pohon rindang sambil menikmati alam hutan pakar yang hijau dan sejuk. Anak-anak lumayan senang mereka bisa jalan-jalan di seputaran situ sambil memotret.







Benar kan, kalau jalan-jalan pasti ujung-ujungnya makan. Selesai motret mereka ribut pesan makanan. Menu yang ditawarkan lumayan beragam. Ada pempek, nasi ayam geprek, seblak, batagor, dan lain-lain. Menunya sih standard, layaknya menu kuliner Bandung yang lainnya, tapi karena setingnya nyaman jadi kita bisa menikmati makanan dengan santai sambil ngobrol-ngobrol dan menikmati suasana hijau dan asri.







Selain nyaman, tempatnya juga sejuk, pemandangannya bagus untuk yang senang motret. Satu yang mengganjal dalam pikiran saat itu, bagaimana kalau tiba-tiba hujan? Tapi, tenang, meski hujan kelihatannya kita bisa pindah ke ruang kaffe tertutup, yang berada di dekat pintu masuk. Ruangan itu lumayan besar bisa menampung banyak pengunjung.

Namun, sayang sekali saat itu kami datang menjelang sore, sedangkan tempat itu tutup pukul enam, jadi kami terasa agak diburu-buru. Tapi alhamdulillah anak-anak bisa menikmati walau dengan waktu singkat. 



Minggu, 11 Maret 2018

GINDARA TERIYAKI DON: Menu Simpel Buat yang Super Sibuk

Anak-anak sudah berangkat sekolah. Suami sudah berangkat ke kantor. Trus saya ngapain di rumah? Seperti ibu rumah tangga lainnya, kerjaan rutin saya ya membereskan rumah, mengepel, mencuci pakaian, mencuci piring bekas sarapan, dan seabreg pekerjaan lainnya. Enggak masak? Ya, masak dong! Tapiii, jadwal masak saya berubah menjadi sore hari semenjak anak-anak pulang sekolah sore. Trus untuk makan siang saya? Ya, kalau nggak ada sisa sarapan, bikin lagi buat sendiri. Bikinnya yang simpel-simpel saja sesuai isi kulkas.

Nah, kali ini saya mau berbagi resep yang lumayan simpel. Menunya seperti yang di foto bawah ini.




Namanya Gindara Teriyaki Don atau bahasa kitanya Gindara Siram Saus Teriyaki. Inspirasi membuat menu ini didapat saat tengah belanja di sebuah super market. Menu ini awalnya dijual buat orang Jepang yang biasa berkunjung ke super market itu. Trus pribumi nggak boleh? Tentu boleh, dong! Hanya saja kalau untuk saya pribadi, harganya lumayan mahal. Kisaran tiga puluh lima ribu sampai empat puluh ribu rupiah per porsi. Saat itu sebenarnya saya kepingin banget beli, tapi setelah dipikir-pikir mending buat sendiri. Bisa lebih irit. (Hehe tetap saja larinya ke soal irit-mengirit).

Dari nama makanan yang tertera di sampul cup-nya sudah dipastikan bahan utamanya adalah ikan gindara. Bumbunya pasti saus teriyaki. Tinggal taburi saja biji wijen. Simpel, kan. Akhirnya saya putuskan untuk membuatnya di rumah. Saya hanya tinggal beli ikan gindaranya. Bahan yang lain sudah punya stok di rumah.

Resep Gindara Teriyaki Don (untuk 1 porsi):

  • Satu potong ikan gindara yang biasa dijual di super market
  • Tepung terigu atau tepung bumbu untuk lapisan menggoreng ikan
  • Saus teriyaki botolan/kemasan dua sendok makan
  • Biji wijen (optional)
  • Letus (optional, bisa diganti sayuran lain)
  • Semangkuk nasi putih hangat
Cara membuatnya:

  • Cuci ikan gindara sampai bersih, lalu tiriskan.
  • Lumuri dengan garam, jika memakai pelapis tepung terigu. Jika memakai tepung bumbu, garam bisa di-skip karena tepung bumbu sudah asin.
  • Balut ikan dengan salah satu tepung tersebut (saya pakai air sedikit agar tepung agak kental dan saat digoreng ikan tidak pecah).
  • Gorenglah ikan di atas teflon dengan api kecil. Jangan lupa dibolak-balik agar ikan matang sampai ke dalamnya.
  • Setelah terlihat matang tuangkan saus teriyaki. Masak sebentar saja dan jangan dibolak-balik karena saus akan cepat gosong
  • Setelah matang hidangkan di atas mangkuk yang sudah berisi nasi hangat, lalu taburi biji wijen, dan pelengkapnya sayuran.
Itulah menu yang simpel buat yang super sibuk. Selamat mencoba!

Lokio si Fotogenik dan Kaya Manfaat

Namaku Lokio. Unik ya?


Tempo hari saya belanja ke pasar tradisional, bermaksud membeli beberapa sayuran dan lauk untuk stok isi kulkas. Namun, anehnya setiap sampai di pasar, saya selalu kebingungan mencari penjual daging sapi langganan. Padahal sudah saya beri tanda, masuk melalui lorong kesekian. Tapi entah kenapa, selalu saja nyasar, nggak bisa langsung ketemu. Mungkin karena saya termasuk jarang berbelanja di pasar itu dan pasarnya juga lumayan besar. Hari itu setelah muter ke sana-ke mari sampai bulak-balik lorong tetap saja enggak ketemu. Kesal? Agak, sih.

Penjual daging belum ketemu, eh malah nggak sengaja nemu sayuran unik. Bentuknya seperti bawang, tapi lebih "jabrik" alias rimbun. Daunnya panjang, sepintas mirip rumput. Sayuran itu mengguntai cantik di meja penjualnya. Saya berhenti lalu mengamati sejenak.

"Lokio namanya", kata si mbak penjualnya.

Seketika saya langsung teringat ajakan teman untuk memposting raw food photo di instagram. Enggak perlu mikir lama langsung saya masukkan sayuran itu ke list belanjaan buat agenda motret.

Usai bertransaksi saya lanjutkan mencari penjual daging. Alhamdulillah akhirnya ketemu.

Sesampainya di rumah, Lokio itu saya masukkan ke kulkas. Dua hari kemudian barulah saya potret. Alhamdulillah masih segar. 




Tak salah saya bilang sayuran ini fotogenik. Enggak perlu cape-cape ngatur komposisi, cuma ditaruh di keranjang atau diletakkan begitu saja hasil fotonya tetap cantik (ini versi saya, lho!). Hehe jadi ketagihan motret. 




Ngomong-ngomong selain fotogenik, ternyata dibalik kecantikannya itu, konon kabarnya Lokio yang dikenal juga dengan nama Bawang Batak ini memiliki banyak manfaat, diantaranya:
  1. Mampu melawan berbagai bakteri, terutama bakteri salmonella yang sering kita takuti.
  2. Berdasarkan penelitian lokio diklaim sebagai pencegah berbagai macam kanker. Seperti kanker payudara, kanker prostat, kanker ovarium, kanker usus, dan kanker paru-paru.
  3. Kandungan senyawa allicin dan kalium dalam Lokio dapat menurunkan kadar kolestrol jahal (LDL) dalam darah dan mencegah pengerasan pembuluh darah.
  4. Lokio mengandung asam folat yang baik untuk dikonsumsi oleh ibu-ibu hamil. Manfaatnya dapat mengurangi risiko kecacatan bayi dalam kandungan.
  5. Mencegak munculnya katarak karena Lokio mengandung karoten.
  6. Mengonsumsi Lokio secara rutin membantu menambah kepadatan tulang saat usia semakin bertambah.
  7. Kandungan vitamin C pada Lokio dapat meningkatkan kekebalan tubuh.
  8. Dapat membuang kelebihan racun dalam tubuh karena Lokio memiliki sifat diuretic.
Nah, itulah sederet manfaat Lokio bagi tubuh kita. Lalu bagaimana cara mengolah Lokio agar manfaatnya tidak hilang? Lokio bisa dibuat sambal bawang, diambil  bendul akarnya saja. Lokio juga bisa ditumis, dicapur dengan tahu. Saat menumis jangan terlalu lama dan pergunakanlah sedikit minyak saja. Jika suka tahunya pun jangan digoreng untuk menghindari minyak yang over. Lokio juga dapat dimasukkan ke dalam campuran telur dadar, rasanya seperti bawang daun. (Resep olahan Lokio segera menyusul)

Nah itulah sederet manfaat Lokio. Bagi yang belum pernah mengonsumsinya, silakan mencoba! 

aneka warna>>>>>>aneka warna>>>>>aneka warna>>>>>>aneka warna>>>>>aneka warna